
Ketika ada
seseorang yang mengeluh kepada ustadz, mengapa hidupnya terasa hampa. Kemudian
ustadz bertanya bagaimana sholatnya, sedekahnya, dan ibadah wajib yang lain.
Orang tersebut menjawab sekadarnya. Ustadz menjawab, Ibadah wajib, terutama
sholat merupakan hak Allah. Kewajiban kita adalah memenuhi hak Allah tersebut.
Ketika hubungan kita semakin dekat dengan Allah, maka semakin dekat hubungan
kita dengan manusia dan makhluk lainnya. Demikian pula jika hubungan kita
renggang dengan Allah, maka renggang pula hubungan kita dengan orang lain. Jika
kita menunaikan hak Allah, maka Allah yang akan memjaga kita dari urusan kita,
termasuk memberikan rezeki, dan kebaikan hubungan kita dengan orang lain.
50.000 tahun
sebelum diciptakannya bumi, Allah sudah menuliskan takdir-takdir untuk seluruh
mahluk hingga hari Kiamat. Tujuannya supaya kita tidak berputus asa terhadap
apa yang terlewat di hadapan kalian dan tidak bergembira terhadap apa yang
Allah berikan kepada kita. Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan
membanggakan diri.
Terkadang
kita terlalu sibuk mengurusi hubungan dunia dan meninggalkan hubungan dengan
Sang Khalik. Semakin dekat hubungan kita dengan Allah SWT, maka akan semakin
dekat hubungan kita dengan manusia (suami istri, antar masyarakat dan kelompok
tertentu). Maka marilah kita perbaiki hubungan dengan Allah maka niscaya Allah
akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia.
Allah tidak
menyukai seseorang yang sombong dan membanggakan diri. Apakah kegembiraan yang
dilarang? Yang terlarang adalah kebanggaan yang ada unsur kesombongan atau ujub
membanggakan diri sendiri, dan kegembiraan yang dibarengi dengan kemaksiatan.
Kegembiraan yang boleh adalah kegembiraan atas nikmat dan rahmat Allah swt, hal
tersebut adalah hal yang lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Musibah
sudah menjadi ketentuan Allah SWT yang sudah tertulis, seperti kehilangan orang
yang kita cintai, terjadinya bencana alam, dan lain sebagainya. Musibah terjadi
tidak lain untuk menguji seberapa besar keimanan mereka terhadap Allah SWT.
Musibah yang kita dapatkan adalah ujian bagi orang yang beriman dan musibah
adalah azab bagi orang yang kafir. Namun keadaan manusia dalam menanggapinya
berbeda-beda tergantung tingkatan keimanan masing-masing. Sikap seorang muslim
dalam menghadapi musibah sebaiknya ikhtiar dan bertawakkal hanya kepada Allah
SWT. Berusaha semaksimal mungkin dan diimbangi dengan berdoa, karena tidak ada
yang bisa merubah takdir kecuali doa.
Secara umum,
manusia dibagi menjadi 4 maqom:
1.
Maqom Ketidakberdayaan:
proses yang penuh dengan kecemasan, keluhan. Dimiliki oleh orang yang paling
sedikit intelektual, religius dan wibawanya. Bukan lemah secara fisik, tapi
lemah iman/hatinya. Tidak memiliki gairah hidup, mengadu/mengeluh tidak saat
bermunajat pada Allah, tetapi berkeluh kesah kepada sesama manusia yang
barangkali tidak memiliki solusi atas masalahnya. Akan lebih baik jika orang
yang dikunjungi adalah orang yang memahami agama supertitles ustadz atau
ustadzah atau orang lain yang memahami agama dengan baik.
2.
Maqom Kesabaran: baik
dilakukan secara ikhlas untuk Allah maupun karena menjaga harga dirinya di
hadapan manusia lain. Orang tetap berprasangka baik ketika mendapat musibah dan
memohon kepada Allah supaya Allah menyingkirkan dan meringankan musibah yang
menimpanya. Meskipun musibah yang dialaminya sulit dan memberatkan tetapi dia
menanggung dan menahan dirinya dari perbuatan yang haram. Ada sebuah doa yang
diajarkkan Rasulullah kepada umatnya, yang diajarkan Abu Salamah kepada
istrinya “Ya Allah berikanlah pahala kepadaku dalam hal musibah yang aku
dapatkan dan berikanlah aku ganti yang lebih baik”. Beberapa hari kemudian Abu
Salamah wafat dan istrinya senantiasa berdoa seperti yang diajarkan sebelumnya.
Maka Allah mengabulkan doanya, setelah masa iddah Ummu Salamah selesai,
datanglah orang yang lebih baik imannya dari suaminya yang wafat, untuk
meminangnya, yaitu Rasulullah SAW.
3.
Maqom Ridha: lebih tinggi
dari pada maqom kesabaran. Ridha atas ketentuan Allah, mayakini bahwa ujian
cobaan/musibah dari Allah pasti ada hikmahnya. Tidak hanya sabar, tetapi juga
menerima dengan ikhlas dan tidak ada rasa kecewa di dalam hatinya.
4.
Maqom Syukur: lebih tinggi
dari maqom kepuasan atau ridha, Melihat musibah sebagai keberkahan sehingga dia
bersyukur, menyadari bahwa dengan bersyukur, Allah pasti akan melipatgandakan
ganjaran atas masalah tersebut. ‘Sesungguhnya Allah sangat suka Melihat bekas
nikmat Allah tampak pada hamba-Nya.’ (HR Tirmidzi, shahih).
jika nikmat
tersebut berupa harta, maka Allah sangat senang jika nikmat tersebut
dimanfaatkan untuk infak dan sedekah.
Jika nikmat
tersebut berupa ilmu, maka Allah sangat senang jika ilmu tersebut diamalkan,
juga didakwahkan.
Kalau orang
berpakaian menunjukkan bahwa ia orang yang fakir (tidak punya apa-apa), padahal
ia mampu menunjukkan bekas nikmat Allah dałam berpakaian, maka ini tanda ia
menolak dan menyembunyikan nikmat Allah tersebut.
Lawan syukur
adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa
nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah SWT. Sudah bersyukurkah kita pada
hari ini? Bisa jadi hidup yang kita keluhkan ini adalah mimpi orang lain.
Bolehkah mengeluh? Pada QS Al Ma’arij 19-21 tentang sifat buruk manusia, yaitu
bersifat suka mengeluh dan kikir.
()إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا () إِذَا
مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا () وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) ia amat
kikir.” (QS Al-Ma’arij: 19-21)
Solusinya
dijelaskan di ayat selanjutnya 22 dan 23, untuk Mengatasi silat mengeluh dan
kikir adalah dengan melaksanakan sholat. Bersyukur bukan hanya ketika semua
berjalan baik-baik saja tetapi juga ketika tertimpa cobaan. Misal ketika ada
orang yang mengeluh karena pekerjaan, mari mengingat bahwa banyak diluar sana
yang berharap memperoleh pekerjaan.
()إِلَّا ٱلْمُصَلِّينَ() الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى
صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ
“Kecuali
orang-orang yang melaksanakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya.” (QS Al-Ma’arij: 22-23).
8 tanda mulai berkurangnya rasa syukur dalam
diri seseorang
1.
Mulai suka membandingkan
dirinya dengan orang lain.
2.
Sering mengeluh.
3.
Sering memperhatikan
kekurangan dibandingkan kemampuan diri.
4.
Selalu morass berjuang,
bunya jasa, terbayang-bayang dengan kiprahnya sendiri.
5.
Melihat suatu kejadian
dengan pesimis.
6.
Merasa lebih banyak
kehilangan daripada menerima.
7.
Sering berlarut-larut dalam
penyesalan.
8.
Selalu morasa kurang dari
apa yang sudah diterima.
Sebab
datangnya ridha Allah
Sebab kita
dijauhkan dari azab Allah
Sebab
ditambahnya nikmat
Ganjaran di
dunia dan akhirat (Allah melimpahkan rezeki baginya di dunia dan diberi
keberkahan dan diberikan pula pahala di akhirat)
Cara
meningkatkan rasa syukur
Senantiasa
berterima kasih pada orang lain. Orang yang tidak dapat berterima kasih kepada
orang lain, tidak dapat berterima kasha pada Allah karena hatinya keras.
Merenungkan
nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan
Berqona’ah,
senantiasa merasa cukup
Bersujud
syukur
Berdzikir, sebaik baik bersyukur adalah dengan berdzikir kepada Allah SWT
Penulis: diLadica
(Humas MTsN 1 Flores Timur)
Comment